Tajuk Rencana

TAJUK RENCANA

Contoh Tajuk Rencana dalam Surat Kabar

Tajuk rencana adalah kolom dalam surat kabar atau majalah yang mengungkapkan opini redaksi terhadap suatu permasalahan yang sedang hangat dibicarakan atau menonjol pada saat media itu terbit. Tajuk rencana disebut juga sebagai karangan pokok yang dimuat dalam surat kabar atau majalah. Tajuk rencana juga sering disebut editorial.

Apa itu opini ???????

Opini adalah sikap penulis tentang sesuatu, tujuan penulisan adalah agar pembaca yakin, dengan cara membahas suatu topik dan memakai gaya bahasa yang mempengaruhi. Informasi yang disampaikan adalah benar-benar hasil pikiran penulis, penulis yang ingin bicara, ragam opini yaitu :
  • Analisa Berita, penjelasan berbobot atas suatu peristiwa / gejala / realitas aktual. Pisau analisis yang dipilih adalah teori, biasanya penulisnya adalah para pakar di bidangnya
  • Kolom, umunya lebih ringkas. Isinya bisa lebih beragam, analisis, renungan dan komentar, gaya penulisan lebih bebas, bisa saja kocak, biasanya kolom tidak terikat pada aktualitas
  • Komentar adalah artikel opini yang berbobot evaluasi atas suatu peristiwa, lebih terikat aktualitas umumnya ditulis oleh mereka yang ahli di bidang yang bersangkutan
  • Kritik dan Resensi, biasanya penulis resensi tidak mencoba memasukkan penilaian baik atau buruk, paling hanya pengalamannya saja, sementara seorang kritikus sebaiknya adalah seorang ahli.
  • Tajuk Rencana, ditulis oleh redaksi suatu media yang menyatakan pendapat media itu atas suatu masalah
Setiap surat kabar atau majalah yang terbit hampir selalu menyajikan tajuk rencana mengenai sesuatu yang menjadi berita hangat dalam masyarakat, baik secara nasional maupun internasional. Tajuk rencana mengungkapkan visi dan pandangan redaksi atas topik yang dibahas. Tajuk rencana dalam surat kabar atau majalah ditulis oleh redaksi. Tajuk rencana berisi permasalahan yang sedang hangat dalam masyarakat dan opini redaksi atas permasalahan tersebut, yang meliputi topik berita, tujuan redaksi, pandangan atau visi dan harapan-harapan redaksi akan peran serta pembaca.
Masalah yang disoroti dalam tajuk rencana dapat dinyatakan secara eksplisit atau implisit. Masalah yang disoroti dapat berupa kebijakan pemerintah, perkembangan situasi sosial dan politik, peristiwa tertentu dalam masyarakat, atau tokoh berpengaruh. Dalam menyoroti sebuah masalah, redaksi mungkin menyetujui, menolak, memberikan alternatif, atau memberikan bahan renungan bagi pembaca.
Tajuk rencana dalam surat kabar atau majalah mempunyai fungsi:
  1. Sebagai kritik atas ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat
  2. Memberikan wawasan kepada masyarakat atas permasalahan yang sedang hangat terjadi
Adapun cara membaca tajuk rencana untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dalam tulisan tersebut adalah dengan cara:
  1. Memahami permasalahan yang dikemukakan, tujuan pembahasan, pandangan, kritik atau tanggapan redaksi atas permasalahan tersebut
  2. Pemahaman opini redaksi atas permasalahan tersebut
  3. Mendalami untuk menyiapkan sikap kritis terhadap opini redaksi
Tanggapan terhadap tajuk rencana mencakup: tanggapan terhadap permasalahan yang diangkat dan tanggapan terhadap kritik atau komentar redaksi atas permasalahan tersebut.
Tanggapan terhadap tajuk rencana antara lain dapat disampaikan dalam bentuk kritik. Kritik dapat ditujukan pada aspek isi, sistematika penyajian, atau bahasa yang digunakan penulis. Kritik terhadap isi dapat berupa pertimbangan baik-buruk, keaktualan masalah, sistematika penyajian isi, ketepatan pandekatan dalam analisis masalah, dan sebagainya. Dalam menganalisis masalah dalam tajuk rencana atau editorial, penulis menggunakan suatu pendekatan yang dipilih berdasarkan kategori (jenis) masalahnya. Misalnya, jika penulis membahas masalah sosial, maka penulis akan menggunakan pendekatan sosiologis, masalah psikologis dianalisis dengan pendekatan psikologis, dan masalah hukum juga didekati dengan pendekatan hukum. Apabila penulis menyajikan masalah yang kompleks, besar kemungkinan penulis akan menggunakan beberapa pendekatan dalam menganalisis masalah itu.
Urut-urutan untuk melihat tingkat kedalaman analisis masalah yakni:
  1. Penulis hanya melaporkan masalah tanpa melakukan analisis
  2. Penulis melaporkan masalah dan memberikan penjelasan tentang latar belakang munculnya masalah dan jenis masalah
  3. Penulis melaporkan masalah dan menganalisisnya dengan teknik perbandingan, menerangkan sebab-akibat, melakukan analogi masalah
  4. Penulis melakukan analisis dan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan
  5. Penulis melakukan analisis, menarik kesimpulan, dan menilai masalah

Menulis Cerpen

MENULIS CERITA PENDEK

Menulis Cerpen Membutuhkan Ide
Cerita pendek atau lebih sering disingkat dengan cerpen adalah salah satu bentuk karya sastra prosa. Sebagai karya sastra, cerpen bersifat fiktif-imajinatif., sehingga disebut pula karangan fiksi. Meskipun bersifat fiktif-imajinatif, tak jarang persoalan yang diangkat dalam cerpen bersumber dari kenyataan (fakta) sehari-hari. Namun demikian, kenyataan (fakta) tersebut diolah secara imajinatif oleh pengarang sehingga menjadi sebuah karya fiksi. 
Secara fisik, cerpen pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
  1. Panjang ceritanya kurang lebih 3 sampai 10 halaman atau kurang dari 10 ribu kata.
  2. Selesai dibaca dalam sekali duduk.
  3. Hanya terdapat satu insiden yang menguasai jalan cerita
  4. Terdapat konflik, tetapi tidak sampai menimbulkan perubahan nasib pelakunya.
  5. Hanya terdapat satu alur cerita
  6. Perwatakan dan penokohan dilukiskan secara singkat
Unsur Pembangun Cerpen
Seperti halnya bentuk prosa lainnya, cerpen dibangun dari unsur intrinsik (unsur dari dalam cerpen) dan unsur ekstrinsik (unsur dari luar cerpen).
Unsur intrinsik meliputi:
  1. Tema, yaitu sesuatu yang menjadi dasar cerita, menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema suatu cerita seringkali diungkapkan secara tersirat.
  2. Alur/plot, yaitu jalan cerita yang dibuat oleh pengarang dalam menjlin kejadian atau peristiwa secara runtut sehingga terjalin satu cerita yang bulat.
  3. Latar/ setting, yaitu menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, suasana, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
  4. Tokoh dan penokohan, yaitu tokoh menunjuk pada orang/pelaku cerita, sedangkan penokohan menunjuk pada sifat/karakter dan sikap tokoh yang menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Secara umum kita mengenal tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Sedangkan untuk menggambarkan tokoh dapat dilakukan secara langsung (analitik) dan taklangsung (dramatik)
  5. Sudut pandang, yaitu cara pengarang menempatkan diri atau memandang suatu peristiwa dalam cerita.
  6. Gaya bahasa, yaitu cara khas penyampaian dan penyusunan dalam bentuk tulisan atau lisan. Hal ini meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas, dan penghematan kata.
  7. Amanat, yaitu pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita yang ditulisnya.
Unsur Ekstrinsik meliputi:
  1. Latar Tempat, Latar Waktu, Latar Suasana, Latar Material & Latar Sosial
  2. Latar belakang biografi pengarang
  3. Keadaan sosial, politik, ekonomi zaman karya ditulis
  4. Psikologi pengarang.
Langkah menulis cerpen:
  1. Menentukan tema
  2. mengumpulkan bahan cerita, bahan cerita dapat diambil dari peristiwa sehari-hari, pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, hasil membaca, mengamati, dan sebagainya
  3. Menyusun data/ bahan cerita,merupakan garis besar cerita, cerita berawal ketika apa, siapa tokohnya, apa konfliknya
  4. Mengembangkan data dan bahan menjadi cerita
  5. Merevisi hasil tulisan
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam menulis cerpen.
  1. Narasi. Cerpen merupakan cerita, maka narasi (cara bercerita yang baik dan menarik) akan menjadikan cerpen menarik untuk dinikmati. 
  2. Deskripsi. Cerita akan semakin menarik bila ada deskripsi yang mendukung isi cerita. Misalnya deskripsi tokoh, deskripsi tempat, deskripsi suasana, dan sebagainya. Semakin cermat dekripsinya akan semakin bagus.
Contoh:
  • Untuk menceritakan tentang tokoh perempuan yang cantik hanya dengan kalimat “Perempuan itu sangat cantik.” tentu akan berbeda kesannya bila dituliskan dengan deskripsi-deskripsi berikut.
“Perempuan itu berkulit kuning langsat. Wajahnya oval, bulu matanya lentik, alisnya tebal, hidungnya mancung sekitar lima senti dan ada tahi lalat di pipi sebelah kiri. Dagunya sekilas bagai sangkar burung tempua. Sesekali barisan putih menyembul dari balik bibirnya saat tersenyum. Ah, bibir yang tipis dan basah…”
  • Untuk menceritakan tempat dan suasana hanya dengan kalimat ”Malioboro selalu ramai, banyak pedagang kaki lima yang selalu menarik kedatangan turis.” tentu akan berbeda kesannya bila dituliskan dengan deskripsi-deskripsi berikut.
”Hujan yang menggila mulai reda. Orang-orang mengalir lagi lagi di sepanjang Malioboro, mengikuti jalur ke arah selatan. Sebuah urat nadi Yogya, yang semakin sesak dengan gedung-gedung bertingkat dan pengap oleh polusi kendaraan. Di koridornya pejalan kaki berbagi tempat dengan pedagang souvenir, yang hampir menghabiskan tempat.
Pedagang kaki lima, memang, menguasai wilayah turis ini. Membuat atraktif. Sedap dipandang mata dan membuka lapangan pekerjaan. Mengurangi kemiskinan. Sumber devisa, karena banyak menyedot turis mancanegara datang ke sini.”
  • Dialog. Dialog sangat penting untuk menghidupkan cerita. Di samping itu, dialog juga dapat memberikan petunjuk tentang watak dan sifat tokoh cerita, dapat menggugah perasaan pembaca dalam menghayati suasana dalam cerita. 
  • Konflik. Konflik juga berfungsi untuk menghidupkan cerita. Adanya konflik akan membuat pembaca semakin ingin tahu akhir ceritanya. Cerita tanpa konflik akan terasa datar saja. 
  • Memperhatikan EyD. Meskipun cerpen merupakan karya fiksi, penggunaan EyD tidak dapat diabaikan, terutama yang berkaitan dengan tanda baca. Misalnya tanda baca apa yang dipakai dalam menuliskan kalimat langsung (yang ada pada dialog), kapan harus muncul paragraf baru, kapan menggunakan tanda ’titik’, ’koma’, ’tanda tanya’, ’tanda seru’, penulisan istilah asing, dan sebagainya.
  • Selain hal-hal di atas, agar cerita semakin menarik Anda dapat pula memasukkan pengetahuan di dalamnya. Ini terlihat dalam Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata, atau Supernova-nya Dewi Lestari. Dengan memasukkan pengetahuan juga semakin menunjukkan luasnya wawasan pengarang. Agar cerpen Anda semakin kaya, Anda juga perlu membaca karya-karya lain. Tentu tidak dimungkiri, banyak membaca akan memperkaya wawasan.
  • Hal yang paling penting agar dapat menghasilkan sebuah cerpen yang baik adalah berlatih, berlatih, berlatih.
Dengan demikian penguasaan deskripsi sangat penting dalam menulis cerpen. Adanya deskripsi akan semakin menghidupkan cerita.

Teknik Bermain Drama

TEKNIK BERMAIN DRAMA

Ilustrasi Pementasan Drama

Teknik bermain (akting) merupakan unsur penting dalam seni peran. Berikut ini hal-hal yang sangat mendasar berkaitan dengan teknik bermain drama.
1. Teknik Muncul
  • Teknik muncul adalah cara seorang pemain tampil pertama kali ke pentas yaitu saat masuk ke panggung telah ada tokoh lain, atau ia masuk bersama tokoh lain. Tentu, setelah muncul, pemain harus menyesuaikan diri dengan suasana perasaan adegan yang sudah tercipta di atas pentas. Kehadiran seorang tokoh harus mendukung perkembangan alur, suasana, dan perwatakan yang sudah tercipta atau dibangun.
2. Teknik Memberi Isi
  • Kalimat ”Engkau harus pergi!” mempunyai banyak nuansa. Ucapan tulus mengungkap keikhlasan atau simpati, sedangkan ucapan kejengkelan atau kemarahan tentu bernada lain. Nuansa tercipta melalui tekanan ucapan yang telah dijelaskan di muka (tekanan dinamik, tekanan nada, dan tekanan tempo).
3. Menciptakan Peran
  • Tentu saja untuk menciptakan peran, pemain harus sadar bahwa ia sedang ”memerankan sebagai……..” Artinya, seluruh sifat, watak, emosi, pemikiran yang dihadirkan adalah sifat, watak, emosi, dan pemikiran ”tokoh yang diperankan”. Dengan demikian, seorang pemain harus berkemampuan menciptakan peran dalam sebuah pertunjukan.
Hal-hal berikut dapat membantu untuk menciptakan peran:
  • kumpulkan tindakan-tindakan pokok yang harus dilakukan oleh pemeran dalam pementasan
  • kumpulkan sifat-sifat tokoh, termasuk sifat yang paling menonjol
  • carilah ucapan atau dialog tokoh yang memperkuat karakternya
  • ciptakan gerakan mimik atau gesture yang mampu mengekspresikan watak tokoh
  • ciptakan intonasi yang sesuai dengan karakter tokoh
  • rancanglah garis permainan tokoh untuk mlihat perubahan dan perkembangan karakter tokoh
  • ciptakan blocking dan internalisasi dalam diri sehingga yang berperilaku adalah tokoh yang diperankan.
4. Teknik Pengembangan
  • Teknik pengembangan berkait dengan daya kreativitas pemeran, sutradara, dan bagian estetis. Dengan pengembangan, sebuah naskah akan menjadi tontonan memikat. Bagi pemain, pengembangan dapat ditempuh dengan beberapa cara, diantaranya:
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan (vital) dalam action drama adalah sebagai berikut:
a. Pengucapan
  • Pengembangan pengucapan dapat ditempuh dengan menaikkan – menurunkan volume dan nada. Dengan demikian setiap kata, frase, atau kalimat dalam dialog diucapkan dengan penuh kesadaran. Artinya, setiap pemain sadar kapan harus mengucap dengan keras-cepat-tinggi atau lembut-lambat-rendah.
b. Gesture
  • Pengembangan gesture dapat dicapai dengan lima cara. Setiap cara, tentu saja, tidak dapat dipisah-pisahkan sebab saling melengkapi dan menyempurnakan.
(1) Menaikkan posisi tubuh
  • Menaikkan posisi tubuh berarti ada gerakan baik dari menunduk-menengadah, tangan terkulai menjadi teracung, berbaring-duduk-berdiri, atau berdiri di lantai-kursi-meja.
(2) Berpaling
  • Berpaling mempunyai arti yang spesifik dalam pengembangan dialog: tubuh atau kepala. Perhatikan dialog berikut ini dan tentukan pada bagian mana kita harus berpaling. (”Aku iri denganmu. Kadang-kadang aku berpikir untuk keluar saja, lalu buka bengkel juga. Tidak ada hierarki. Tidak ada rapat-rapat panjang.”)
(3) Berpindah tempat
  • Berpindah tempat dapat terjadi dari kiri-kanan, depan-belakang, bawah-atas. Tentu, harus ada alasan yang kuat mengapa harus berpindah
(4) Gerakan
  • Gerakan anggota tubuh: melambai, ,mengembangkan jari-jari, mengepal, menghentakkan kaki, atau gerakan lain seturut dengan luapan emosi. Ada tiga kategori melakukan gerakan: a) gerakan dilakukan bersamaan dengan pengucapan kata, b) gerakan dilakukan sebelum kata diucapkan, c) gerakan dilakukan sesudah kata diucapkan.
(5) Mimik
  • Perubahan wajah atau mimik mencerminkan perkembangan emosi. Tanpa penghayatan dan penjiwaan tidak mungkinlah timbul dorongan dari dalam atau perasaan-perasaan. Justru perasaan inilah yang mendasari raut wajah.

Tips dan Trik Menulis Essai

Tips & Trik Menulis Essai

Management Berbahasa 


Setelah merenung beberapa bulan, kiranya perlu juga  membaginya tips dan trik ini sebagai sarana pembelajaran siswa. (Memang semua demi siswa, di pundak merekalah masa depan bangsa ini). Sebagaimana telah saya jelaskan pada para siswa peserta ekstrakurikuler KIR (Karya Ilmiah Remaja), tips dan trik-nya secara singkat sebagai berikut :
1.      Memahami Hakikat Esai dan Teknik Penulisannya
2.      Menulis yang unik dan menarik
3.      Prinsip penulisan jurnalistik
4.      Pertimbangan kebahasaam

Hakikat Esai
Esai adalah karangan berbentuk prosa yang membahas suatu masalah secara sekilas dan bersifat subjektif. Karena itu, karangan esai relatif pendek hanya beberapa halaman saja (3-10 halaman mungkin lebih sedikit) tidak seperti menulis buku.
Adapun esai bersifat subjektif artinya harus berdasarkan opini dari sudut pandang penulisnya, bukan menjiplak ide-ide orang lain. Meskipun demikian tidak berarti haram  menuliskan hal-hal ilmiah. Justru dalam menuliskan proposisi atau pernyataan-pernyataan subjektifnya perlu didukung oleh argumen-argumen yang akurat. Fakta dan data yang disajikan harus akurat. Kalau perlu seluruh referensi kutipannya ditulis. Inilah yang akan meningkatkan bobot esai. Tanpa dukungan fakta dan data yang akurat maka esai itu hanyalah common sense saja.
Catatan penting lainnya, esai bersifat menggurui dan argumentatif. Maksudnya penulis harus dalam posisi ‘merasa’ paling tahu kemudian menyampaikan opini-opininya tentang topik tersebut. Opini-opini tersebut kemudian disertai argumen-argumen dan evidensi yaitu data dan fakta yang akurat dan relevan.
Format Penulisan Esai
Secara umum format penulisan esai sebagai berikut :
a.     Pengantar/Pendahuluan
Sebelum masuk ke dalam pemaparan esai perlu diawali dengan pepatah, cerita lucu, syair lagu, kutipan ayat, pendapat tokoh-tokoh penting, dan sejenisnya. Tujuannya agar pembaca tertarik dan terkesan. Namun demikian, hal-hal yang dituliskan harus relevan dengan topik yang dibahas.
b.    Isi
Pada bagian ini penulis perlu menyampaikan proposisi-proposisinya tentang topik yang dibahas. Bentuknya dapat berupa opini-opini namun harus argumentatif. Data dan fakta harus disampaikan untuk memperkuat opininya. Penulis dapat menceritakan pengalamannya yang unik dan relevan, menyampaikan anekdot, mengutip pendapat para pakar, memberikan contoh, memabandingkan sesuatu, atau juga mempertentangkan sesuatu.
Dalam hal ini penulis dapat dengan leluasa menampilkan gaya penulisannya. Bila dia humoris, maka tulisannya kaya akan humor maupun anekdot. Bila dia satiris, akan menuliskan ungkapan-ungkapan tajam, getir, menohok, bahkan sarkastis.
c.     Penutup
Secara umum esai ditutup dengan simpulan dan saran atau paling tidak menegaskan kembali apa yang telah disampaikannya. Namun demikian tidak sedikit esai yang ditutup dengan meninggalkan tanda tanya besar berupa ungkapan problematis yang perlu mendapat perhatian banyak pihak.
            Menulis yang Unik dan Menarik
            Suatu saat di Hotel Garden Pallace Surabaya, George Junus Aditjondro (penulis beberapa buku terkenal yang mengguncang pemerintah mulai jaman Megawati hingga SBY) menyampaikan ceramahnya. Yang paling saya ingat adalah cara menulis dengan ‘otak kiri’ (dalam hal ini istilah ‘otak kiri’ tidak ada kaitanya dengan “Quantum Learning”-nya Bobby de Potter).
Yang saya pahami, andaikan semua orang berpikiran menuju ke arah barat, maka kita jangan ikut ke arah barat. Mengapa? Mungkin kita hanya jadi epigon, pengikut, bahkan pengekor. Justru kita harus ke timur, yaitu melawan arus atau kalau perlu mendekonstruksi semua pemikiran yang berbeda. Benar dan salah tidak penting, yang penting argumennya akurat dan ‘ngeyel’ .
Karena itu yang paling utama adalah membuat tulisan yang berbeda alias unik dan menarik. Karena itu menjadi berbeda akan tampak jelas dilihat orang banyak. Apalagi bisa mengemasnya menjadi sensasi maka akan cepat ‘ngetop’.
            Prinsip Penulisan Jurnalistik
Kita perlu menerapkan prinsip penulisan jurnalistik ‘piramida terbalik’ dalam esai kita. Artinya, ide pokok esai perlu disampaikan bagian awal (lead). Penyampaiannya sedemikian rupa sehingga sangat menarik, menimbulkan tanpa tanya, marah, gerah, ‘gregetan’, dan sejenisnya sehingga pembaca akan penasaran untuk membaca ide-ide berikutnya.
Justru menurut saya, di bagian inilah yang penting dan paling sulit dalam membuat esai juara. Perlu perenungan dan pertimbangan-pertimbangan matang, bila perlu kontemplasi dalam menemukan ide dan merumuskannya.
           
Pertimbangan Kebahasaan
Karena menulis esai adalah menuliskan ide-ide melalui bahasa, maka sistem penulisannya juga menjadi pertimbangan penting dalam penilaiannya. Karena itu perlu diperhatikan penulisan ejaan, kata, kalimat, dan istilah-istilah, bahkan komposisinya. Karena itu dalam proses ‘editing’ perlu berhati-hati. Jangan sampai ada kesalahan.

Kalimat Ambigu

KALIMAT AMBIGU
(BERMAKNA GANDA)

 Ilustrasi Makna Ganda

Kalimat Ambigu adalah kalimat yang memiliki makna lebih dari satu atau bermakna ganda. Hal ini dikarenakan struktur kalimatnya maupun  penggunaan katanya yang memiliki makna ganda dalam pengartiannya.Ambigu berasal dari kata 'ambigous' yang berarti bermakna lebih satu. Makna ambigu dapat terjadi pada frase, klausa, atau kalimat. Perhatikan kalimat berikut ini : 
  • Orang mati dilompati kucing hidup.
Kalimat tersebut dapat diartikan 3 makna kalimat, yaitu :
Makna 1 : Orang yang mati kemudian dilompati kucing yang hidup.
                 (Dalam hal ini orangnya tetap mati, dan kucingnya memang hidup)
Makna 2 : Orang yang mati dilompati kucing kemudian orang matinya 
                 menjadi hidup.
Makna 3 : Orang hidup menjadi mati karena dilompati kucing yang hidup.

Untuk memecahkan problematika kalimat ini, dapat dilakukan dengan cara memberikan tanda baca yang tepat atau kata-kata tambahan yang memang diperlukan, yaitu :
Makna 1 : Orang-mati dilompati kucing-hidup.
Makna 2 : Orang-mati dilompati kucing, hidup.
Makna 3 : Orang,mati, dilompati kucing-hidup.

Contoh lainnya :
(1) Teman Aminah yang cantik sedang sakit.
      Maknanya : yang cantik bisa Aminah atau temannya.
(2) Isteri gubernur yang galak itu sedang naik mobil.
      Maknanya : yang galak bisa gubernur atau isterinya.
(3) Pengusaha baru membangun pabrik minuman keras di luar kota.
      Maknanya : pengusaha yang baru atau baru saja membangun.
(4) Toni dan Selvy sedang pergi ke Mal Delta. Ia tidak mengajak adiknya.
      Maknanya : Ia bisa merujuk pada Toni atau Selvy.


Kalimat-kalimat ambigu tersebut dapat diperbaiki menjadi :
(1a) Teman-Aminah yang cantik sedang sakit.
       (yang cantik teman Aminah)
(1b) Teman dari Aminah yang cantik sedang sakit.
       (yang cantik Aminah)
(2a) Isteri-gubernur yang galak itu sedang naik mobil.
       (yang galak isteri gubernur)
(2b) Isteri dari gubernur yang galak itu sedang naik mobil.
       (yang galak gubernur)
(3a) Pengusaha yang baru membangun pabrik minuman keras di luar kota.
        (yang baru adalah pengusaha)
(3b) Pengusaha baru saja membangun pabrik minuman keras di luar kota.   
        (yang baru adalah membangun pabrik) 
(4a) Toni dan Selvy sedang pergi ke Mal Delta. Toni tidak mengajak adiknya.
        Maknanya sudah jelas, yang mengajak adiknya adalah Toni
Perhatikan pula contoh berikut ^_^
Perhatikan struktur kalimat yang bermakna ambigu berikut ini.
  1. Istri pegawai yang gemuk itu berasal dari Surabaya.
  2. Saya telah memiliki buku sejarah demokrasi yang baru.
  3. Sumbangan kedua sekolah itu telah kami terima.
Kalimat-kalimat di atas memiliki makna ambigu (ganda) sehingga dapat membingungkan orang yang membacanya.
Pada kalimat 1, siapakah yang gemuk, pegawai atau isteri pegawai? Kalimat itu memang mengandung dua makna:
  • pertama, yang gemuk adalah pegawai; atau
  • kedua. yang gemuk adalah isteri pegawai.
Pada kalimat 2, apanya yang baru, bukunya, sejarahnya, atau demokrasinya? Kalimat itu bisa bermakna ambigu:
  • pertama, bukunya yang baru;
  • kedua, sejarahnya yang baru; dan
  • ketiga, demokrasinya yang baru.
Pada kalimat 3, juga terdapat makna ambigu:
  • pertama. ada dua kali sumbangan yang diberikan oleh sekolah itu; atau
  • kedua. ada dua sekolah yang menyumbang.
Untuk menghindari ambiguitas makna, kalimat 1 dapat dirumuskan sbb.:
  1. Jika yang gemuk adalah isteri pegawai, maka dapat ditulis sbb.: Istri-pegawai yang gemuk itu berasal dari Surabaya. Penggunaan tanda hubung (-) dapat memperjelas bahwa kedua kata itu (isteri dan pegawai) merupakan satu kesatuan, sehingga kalimat itu bermakna yang gemuk adalah istri pegawai. Atau dapat pula dirumuskan sbb.: Pegawai yang isterinya gemuk itu berasal dari Surabaya.
  2. Jika yang gemuk adalah pegawainya, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: Pegawai yang gemuk itu istrinya dari Surabaya.
Untuk kalimat 2:
  1. Jika yang baru adalah bukunya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku-sejarah-demokrasi yang baru, atau Saya telah memiliki buku baru tentang sejarah demokrasi.
  2. Jika yang baru adalah sejarahnya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku tentang sejarah-demokrasi yang baru.
  3. Jika yang baru adalah demokrasinya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku sejarah tentang demokrasi yang baru.
Untuk kalimat 3:
  1. Jika yang dimaksud ada dua kali sumbangan, ditulis sbb.: Sumbangan yang kedua sekolah itu telah kami terima.
  2. Jika yang maksud ada dua sekolah yang menyumbang, ditulis sbb.: Sumbangan kedua-sekolah itu telah kami terima.